Melepas Tukik di Pantai Lampung Barat


(Unila): Pekan Konservasi Sumber Daya Alam ke XVI tahun 2012 ternyata menarik minat mahasiswa asing untuk berpartisipasi. Kegiatan aksi lingungan berupa pelepasan Tukik (anak Penyu) diikuti oleh mahasiswa asing Unila dari Program Darmasiswa.
Empat mahasiswa tersebut yaitu, Andry Aina Rakotovao (Madagaskar), Hiroe Kawasaki, Asako Takeuchi, dan Mika Sato (Jepang). Mereka bersama peserta aksi lingkungan lainnya datang ke Desa Muara Tembulih, Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat. Rangkaian acara diadakan di Balai Konservasi Laut, dimana terdapat penangkaran Penyu.
Dalam kegiatan yang dihelat Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA ini diikuti oleh 53 peserta dari pelajar dan mahasiswa di Provinsi Lampung itu, mereka mengikuti acara berupa penyuluhan tentang Penyu, diskusi konservasi, survei pantai, pemberian makan, dan pelepasan anak Penyu.
Pemateri pada acara itu adalah Ahyar, Ketua Kelompok Penangkar Pelestari Penyu di Desa Muara Tembulih yang pernah mendapat Anugerah Kalpataru atas kegigihannya dalam usaha pelestarian penyu. Selain itu juga terdapat narasumber dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat.
Menurut Dedi Iswanto, staff International Office Unila yang mendampingi mereka, keempat mahasiswa tersebut cukup memahami usaha pelestarian Penyu. “Mereka cukup paham tentang pelestarian lingkungan, mungkin di negaranya sudah biasa, jadi mereka mengikuti rangkaian acara sampai selesai,” ujarnya.
Salah satu yang menarik mereka adalah pemaparan Dr. Endang Lanirin Widyastuti dari Jurusan Biologi Fakultas MIPA Unila, yang malam itu memberikan kuliah tentang siklus hidup Penyu. Dalam sesi diskusi, Andri Aina (Madagaskar) bertanya tentang pengunaan thermoscopic pada musim kopulasi Penyu. Dia juga bertanya apakah di Indonesia ada burung predator yang menjadi musuh Penyu. “Karena kalau di Madagaskar ada burung seperti itu, sukanya makan anak Penyu, ” katanya.
Diskusi malam itu menjadi menarik karena dilengkapi presentasi foto-foto dan video tentang Penyu.
Hari Selasa (24/4) merupakan acara yang ditungu-tunggu. Setelah dimulai dengan meninjau penangkaran Penyu dan memberi makan Tukik, peserta diajak ke belakang bangunan yang langsung menuju bibir pantai dan berhadapan dengan bentang Samudra Hindia.
Acara pelepasan Tukik dimulai secara resmi oleh Ketua Jurusan Biologi FMIPA Unila Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. Selanjutnya peserta beramai-ramai melepaskan Tukik yang dipegang masing-masing.
Mahasiswa asing Unila terlihat antusias dan bersemangat melepaskan Tukik tersebut. Hiroe Kawasaki (Jepang) berkali-kali bertanya apakah Tukik tersebut akan tetap hidup setelah dilepas.
Kegiatan seperti ini memang menarik. Selain mendukung gerakan pelestarian Penyu, juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang perlunya menjaga lingkungan. Seperti yang dikatakan oleh Mika Sato yang merasa berkesan dengan acara seperti ini. “Di Jepang juga ada acara pelepasan Penyu seperti ini, biasanya ada tur tapi biayanya mahal dan tempatnya jauh,” ujarnya dengan bahasa Indonesia yang lancar. Dia pun berharap masyarakat Lampung menjaga lingkungan untuk tetap lestari. “Kita harus menjaga kebersihan pantai supaya tetap bagus,” tambahnya.
Bagaimanapun kelestarian lingkungan menjadi tanggung jawab bersama. Kalau mahasiswa asing saja begitu perhatian, bagaimana dengan kita di Unila? Unila sudah menjalankan program green campus yang harus kita dukung sepenuhnya dan mesti diterapkan dalam sikap, tingkah laku, dan pikiran kita sehari-hari di kampus Unila. [HCH]

